Lama rasanya aku tidak mengemaskini email yang aku terima dari teman-teman. Entah kenapa malam itu hatiku tergerak untuk membaca email yang aku terima dari teman-teman. Rata-rata email yang tidak begitu penting aku delete-kan saja. Malas nak belek email yang tidak penting. Namun banyak juga email menarik yang sempat aku baca malam itu. Salah satunya email yang bertajuk 'Batu dan Pasir'. Aku rasa sewajarnya aku berkongsi dengan pembaca Ekspresi dari hati ini sebab aku fikir bukanlah satu kerugian kalau kita berkongsi. Sekurang-kurangnya, sahabat-sahabat yang sempat membaca di sini boleh menyebarkannya kepada orang lain. Sama-sama kita ikuti ....
PASIR DAN BATU
Dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir membentang.
Jejak-jejak kaki mereka meliuk-liuk dibelakang membentuk kurva yang berujung disetiap langkah yang mereka tapaki. Debu-debu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan menunduk.
Tiba-tiba badai datang. Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua pengembara itu limbung. Pasir betebaran disekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak, menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan berpegangan erat. Mereka cuba melawan ganasnya badai.
Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kontang bekal air mereka terbuka saat badai tadi. Isinya tertumpah. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk termenung, menyesali kehilangan itu. "ah..., tamatlah riwayat kita,"kata pengembara pertama. lalu ia menulis dipasir dengan ujung jarinya."kami sedih, kami kehilangan bekal minuman kami ditempat ini."
Kawannya si pengembara dua pun nampak bingung. Namun, cuba tabah. Membereskan perlengkapannya dan mengajak kawannya meneruskan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir , mereka terlihat air di kejauhan . "kita selamat" seru salah seorang di antara mereka.
Dengan sisa tenaga yang ada, mereka menuju ke air tersebut. Untung bukan fatamorgana. Benar-benar sebuah kolam. Miskipun kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya mengisi bekalan air.
Sambil beristirehat , pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan memahat diatas sebuah batu."kami bahagia. kami dapat melanjutkan perjalanan kerana menemukan tempat ini."
Pengembara kedua hairan."mengapa kini engkau menulis diatas batu, sementara tadi kau menulis diatas pasir?"
Yang ditanya tersenyum."saat kita mendapat kesusahan , tulislah semua itu dipasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus,"jawabnya dengan bahasa cukup puitis." Namun ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan pahatlah kemuliaan itu dibatu agar tetap terkenang dan membuat kita gembira. Torehlah kenangan kesenangan itu dibatu agar tidak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan."
Keduanya bersitatap dalam senyum mengembang...bekal air minum telah dapat, istirehat pun telah cukup. Kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kedua pengembra itu melangkah dengan ringan seringan angin yang bertiupmengiringi.
Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir. Berselang seli dengan mewarnai panjangnya hidup ini.keduanya mengguratkan memori dihamparan fikiran dan hati kita. Namun,adakah kita bersikap seperti pengembara tadi yang mampu menuliskan setiap kesedihan dipasir agar angin keikhlasan membawanya pergi?adakah kita ni sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan besama terbangnya angin ketulusan?
Teman , cubalah untuk selalu mengingat kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu didalam kekukuhan hati kita agar tidak ada yang mampu menghapusnya. Torehlah kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. InsyaAllah dengan begitu kita akan selalu optimistis dalam mengarungi panjangnya hidup ini....
Post a Comment